Daniel 3:16-18
Warta Minggu, 3 Mei 2016
Raja Nebukadnezar memerintahkan seluruh pejabat dan rakyatnya menyembah patung emas yang dibuatnya (ay.5). Orang yang tidak bersedia menyembah patung itu Iaakan dicampakkan kedalam perapian yang menyala-nyala (ay.6). Sadrakh,Mesakh dan Abednego tidak bersedia menyembah patung itu.Merekamemberikanjawaban yang tegas kepada raja Nebukadnezar, “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dariperapian yang menyala-nyalaitu, dan dari dalam tanganya raja. Tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahuiya raja, bahwa kami tidakakan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikanitu (ay.17-18).”Lalu ketiga orang itudimasukkan kedalam api yang menyala-nyala, bahkan orang yang mengangkat mereka terbakar oleh api.Namun Tuhan menyertai ketiganya, mereka tidak terbakar oleh api sedikitpun (ay.27). Dari kejadian tersebut Nebukadnezar justru memuliakan namaTuhan (ay.28). Ia justru menerbitkan perintah untuk menghormati Allah nya Sadrakh, Mesachdan, Abednego. Barang siapa tidak menghormati Allahnya ketiga orang itu akan dihukummati (ay.29).
Kita patut bersyukur bahwa situasi di tempat kita mungkin tantangan imannya tidak sekeras yang dihadapi oleh Sadrakh, Mesachdan Abednego. Tidakada orang yang memaksa kita meninggalkan kepercayaan kepada Tuhan Yesus. Namun sebenarnya ada hal-hal yang dekat dengan kita, yang seringkali tidak kita sadari, membuat kita menomor sekiankan penyembahan dan ketaatan kepada Tuhan. Hal-hal tersebut misalnya; Pekerjaan, kesenangan atau hoby, pasangan hidup dan lain sebagainya.Jangan sampai secara halus dan tidakdisadari, hal-hal tersebut menggeserposisi Tuhan di dalam hidup kita.Jangan sampai secara tidak sadar kita telah men-Tuhankan hal-halitu, menjadikannya sebagai prioritas utama. Sadrakh, Mesach dan Abednego sungguh-sungguh memberikan teladan ketaatannya terhadapperintah, “Jangan ada padamu allah lain dihadapanku (Kel.20:1)”. Mereka berani bahkan rela membayar harga kepercayaannya itu dengan nyawanya. Marilah kita bersama meneladani komitmen iman mereka. Berani dan rela memprioritaskan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
OlehPdt.IwanFirmanWidiyanto, M.Th.